(276 patah kata) Mikhail Yurievich Lermontov memang dianggap sebagai salah satu penyair dan penulis prosa Rusia yang paling hebat. Seorang lelaki yang mempunyai nasib yang sukar, pasti dia meninggalkan tanda di hati setiap pembaca yang bersangkutan. Tidak menghairankan, kerana penulisnya benar-benar seorang lelaki pada zamannya. Apa yang dia alami dinyatakan, tentu saja, dalam gambaran seorang pahlawan lirik. Pengembara abadi, masyarakat buangan, disalahpahami dan tidak diterima oleh sezaman, diseksa oleh siksaan untuk mencari keharmonian dan cinta rohani, dia sebahagian besarnya mencerminkan keperibadian penyair itu sendiri. Mikhail Yuryevich cuba meluahkan rasa sakitnya, perasaan terdalam dan perasaan putus asa dalam garis puitis yang dimulai dengan kata-kata "Saya akan pergi sendirian di jalan ...".
Penulis seolah-olah meramalkan kemerosotan hidupnya, runtuhnya harapan yang tidak dapat direalisasikan dan tidak dapat dielakkan kehidupan. Semangat memberontak yang berasal dari muda Lermontov dan merindukan jalan keluar yang cepat, terasa lemah dan reda di baris kemudian:
Saya tidak mengharapkan apa-apa dari kehidupan,
Dan saya sama sekali tidak mengasihani masa lalu;
Saya mencari kebebasan dan kedamaian!
Saya ingin melupakan dan tertidur!
Penyair berada dalam keadaan kesepian yang tertindas. Dia bersendirian di jalan kehidupan. Pada masa yang sama, pengarang menunjukkan sintesis kerendahan hati yang luar biasa dengan takdir, makna kehidupan yang tidak bermakna dan keterasingan batin dengan sedikit harapan untuk mencari cinta dan kedamaian. Itulah yang menjadi hasrat hatinya, perangai, bakat dan semangat sepanjang hidupnya. Suasana umum teks itu menyedihkan, sedih, namun demikian penyair percaya akan kemungkinan dia akan selaras dengan dirinya sendiri. Sebagai romantis sejati, dia mengidealkan dunia lain, memberikannya ciri-ciri yang tinggi. Dalam hidup, pada hakikatnya, pahlawan lirik itu kecewa, hanya ada yang tidak jelas yang melampaui batas menjadi dia akan memenuhi perwujudan impiannya.
Pahlawan lirik pada diri penyair keluar untuk menemui nasibnya, menjangkakan akhir perjalanan hidupnya yang tidak dapat dielakkan. Dan, pada pandangan pertama, itu adalah paradoks, tetapi hanya pada saat itu jiwanya dapat menemukan keharmonian yang diinginkan dan diinginkan untuk sekian lama.